Untuk anakku, Bagas, di Osaka
Nak,
Hari ini Ibu belajar hal baru lagi dari internet. Bukan resep. Bukan tutorial. Tapi…
tentang sesuatu yang kamu mungkin anggap biasa: situs GBOWIN.
Dulu, Kami Bertani. Sekarang, Kami Bertaruh
Ibu nggak paham semua teknologinya, tapi tahu satu hal:
banyak tetangga Ibu, bapak-bapak, bahkan ibu-ibu pengajian, sekarang “main angka” lewat HP mereka. Mereka menyebutnya “cuma iseng di situs GBOWIN.”
Lucu, ya, Nak?
Dulu kami bangun pagi untuk menyiram sayur dan menunggu musim hujan.
Sekarang, orang-orang di desa menunggu result angka dari layar ponsel.
Hidup Kami Tak Pernah Punya Banyak Pilihan
Bagas, kamu mungkin bilang:
“Bu, itu judi. Harusnya dihentikan.”
Tapi coba dengar dari sisi kami.
Hidup di desa kini tidak mudah. Harga pupuk naik, hasil panen tak laku, kerja proyek kian jarang.
Situs GBOWIN hadir bukan sekadar situs. Tapi pelarian.
Orang-orang ingin merasa punya kendali. Meski semu. Meski lewat angka acak.
Karena dunia nyata sering lebih kejam daripada kemungkinan menang 1 banding 1000.
Ibu Tidak Bermain, Tapi Ibu Mengerti
Ibu tak pernah daftar. Tak pernah login.
Tapi Ibu melihat — dan belajar diam-diam.
Mereka bukan bodoh, Nak.
Mereka hanya butuh secercah harapan. Walau hanya dari sebuah tautan.
Dunia yang Kamu Tinggalkan, Sudah Berubah
Waktu kamu berangkat ke Jepang lima tahun lalu,
desa ini hanya punya satu warnet. Sekarang, setiap warung ada WiFi.
Tapi yang menyedihkan, semakin banyak koneksi, semakin sepi obrolan.
Semua menunduk. Semua berharap menang. Semua diam saat kalah.
Penutup: Jangan Lupakan Kami
Bagas,
Kalau kamu baca ini, jangan marah.
Ibu hanya ingin kamu tahu bahwa di balik situs GBOWIN, ada cerita-cerita kecil yang tak tercatat.
Dan mungkin, saat kamu pulang nanti,
kita bisa bicara lagi. Tentang harapan. Bukan tentang angka.
Salam rindu,
Ibumu di kampung, yang kini paham arti “klik untuk menang”
#SitusGBOWIN #SuratIbu #DigitalisasiDesa #CeritaDariKampung
Comments on “Surat dari Ibu: Tentang Hidup, Internet, dan Situs GBOWIN”